Tungku Tigo Sajarang dan Tali Tigo Sapilin merupakan istilah yang sudah sangat akrab dengan Kebudayaan Minangkabau.Hampir semua masyarakat Minangkabau memaklumi, bahwa istilah tersebut merupakan perwujudan dari keterpaduan tiga unsur masyarakat dalam bermusyawarah, yaitu unsur ninik mamak, unsur alim ulama, dan unsur cadiak pandai.
Musyawarah Tungku Tigo Sajarang dan Tali Tigo Sapilin (MTTS) adalah forum musyawarah ke tiga unsur tersebut diatas bersama tokoh masyarakat lainnya untuk membahas semua permasalahan di nagari, mencari solusinya secara bersama-sama dalam satu semangat raso dibaok naiek pareso dibaok turun, dan berujung pada kesepakatan bersama, Bulek sagolong picak salayang.
Pergeseran nilai yang merupakan dampak ikutan dari persinggungan antar adat dan budaya, menyebabkan permusyawaratan dan permufakatan seperti MTTS kian langka dilakukan. sehingga di samping kekentalan kekerabatan internal kaum dan eksternal antar suku dalam nagari mulai berkurang, keputusan-keputusan untuk kepentingan-kepentingan komunal agak cenderung diambil berdasarkan suara terbanyak, atau keputusan formal pejabat pemerintah (Wali jorong,Wali Nagari, dst). Dalam kaitan ini, tentu amat penting bagi kita masyarakat minangkabau untuk menghidupkan,menggerakan dan melaksanakan MTTS dimaksud secara berkala dan Terus-menerus.
Apakah MTTS sudah terlestari di ALAHAN PANJANG kita?
Apa saja yang menjadi Latar Belakang perlunya pelestarian MTTS?
Kita akan mengulasnya dikesempatan selanjutnya
Sumber : Pertemuan kami di guest house.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar